Penyakit
itu bernama Insomia. Perlu sidang pembaca tahu biasanya saya mentok jam 12
malam melek. Kecuali ada satu dan lain hal yang harus membuatku melek sampai di
atas jam 12. Aku gak tahu ini efek apa? Semoga bukan semacam peralihan
kebiasaan. Sekarang pukul 03:13 Wib, daripada aku tidur lebih baik ku buat
nulis. Meskipun hanya sebatas curhat receh.
Sesuai
dengan judulnya, aku akan bahas tentang pengalamanku naik kendaraan roda empat
utamanya bus dan mobil pribadi.
Aku
tidak tahu kapan tepatnya pertama kali naik bus, cuman seingatku ketika SD. Aku
diajak ibu jenguk kakakku yang belajar di salah satu pesantren di daerah
Pacitan. Kalian bisa bayangkan kami naik bus legendaris (untuk tidak dikatakan
bus reot) dengan medan jalan yang lumayan berkelok berbasis aspal tambal sulam.
Dalam perjalanan itu aku muntah karena tidak sanggup menahan bau mesin bus
sekaligus mungkin medan yang berkelok –kelok khas jalan tamiya. Tragedi muntah
di bus seakan menjadi kebiasaanku setiap nge-bus ke Pacitan.
Di
kesempatan lain ketika aku nge-bus ke Jogja acara liburan keluarga, aku tidak muntah, asumsiku itu bisa terjadi
karena jalan menuju Jogja dari Ponorogo tidak berkelok-kelok kayak di Pacitan disamping tentu bau mesinnya pun tak terlu
menyengat.
Tragedi Ziarah Walisongo (ZWS)
Setelah
beberapa tahun tidak merasakan rasanya
neg-bus jarak jauh akhirnya kelas 12 SMA aku merasakan rasanya nge-bus antar
kota antar provinsi. Waktu itu kegiatan ziarah Walisongo yang diadakan rutin sekolahku setiap smenjelang kelulusan
siswa kelas XII. Kebetulan waktu itu aku jadi panitia, tak tangung-tanggung aku
mengemban amanah sebagai penanggung jawab. Jabatan satu tingkat di atas ketua
panitia dan yang istimewa pengasuh pondokku setelah beliau beberapa tahun tidak
ikut rombongan ziarah kelas 12, akhirnya beliau berkenan ikut rombongan
angkatan kami. Lebih mengesankan lagi beliau satu bus denganku.beliau duduk d
belakangku, aku duduk disamping sopir.
Kalian bisa bayangkan bagaimana bangga dan senangnya seorang santri bisa
duduk se-bus dengan Kiai dalam sebuah perjalanan religius menapak tilas wali songo.
Namun
sayangnya kesempatan itu tidak dapat kumanfaatkan dengan baik, apes bin sial karena
aku tidak kuat menghirup bau mesin bus yang tercampur AC. Rapat panitia
berkali-kali guna memastikan bus terbaik yang mengiringi perjalanan kami seakan
sia-sia. Ya karena aku sang penanggung jawab kegiatan harus terpaksa
dipulangkan ke rumah karena tak kuat melanjutkan perjalanan. Aku masih ingat
betul bagaimana keadaanku waktu itu. jika pun waktu diputar kembali dan aku
berada dalam keadaan seperti itu maka niscaya aku tetap YAKIN untuk mumutuskan
PULANG.
Di
Bus terasa menghirup karbon monokisda ditambah badan lemas karena setiap
makanan yang masuk ke mulutku seketika langsung termuntahkan. “coba makan roti
ini kang” Kiai dengan nada bersahaja membujukku makan, imajinasi serta
harapanku roti itu dapat menjadi obat penawar bagiku. Tapi fakta berkata lain,
satu cuil roti yang kumakan termuntahkan seketika. Selain muntah badanku
semakin kesini semakin meriangg. Akhirnya aku diantar pulang oleh tim kesehatan
ketika baru sampek Gresik.
Sungguh
peristiwa yang sangat memalukan. Pasca kejadian itu, hampir satu bulan lamanya diriku dibully guru-guru
sekolahanku. Dasar lemah!.bahkan ketika saya sowan kerumah pengasuh pondok pada
momen Syawwal beliau berkata lirih “ ini kang yang muntah pas ziarah walisongo
kemarin ya? ya walaupun ziarahnya tidak full semoga pahalanya full ya kang”
dawuh beliau dengan mimik wajah yang menggambarkan antara sebuah doa dan sebuah
bentuk candaan untuk santrinya yg malang.
Naik
mobil pun juga demikian aku tidak begitu betah dengan bau mesinnya sebagus
apapun mobilnya. Pernah suatu saat naik mobil teman KKN dengan tujuan survey
tempat KKN,kalau tidak salah mobil Alpart masih baru,terlihat plastik tempat
duduknya sebagian masih ada. Hasilnya pun sama, aku mengeluh ingin muntah.
Teman-temanku mengejekku “ naik mobil bagus dan baru kok ya masih mau muntah!”.
Selain
karena bau mesin mobil, kadang rasa ingin muntah itu karena fikiran terkonstruk
sejak awal. Misal sebelum naik mobil aku
selalu diwanti-wanti teman-temanku, aku yakin niatnya baik aku diingatkan suruh bawa kresek
untuk antisipasi muntah. Tapi niat baik itu seakan memaksaku untuk berfikir dan
cenderung membuatku khawatir seakan ada
perasaan gimana ya jika nanti kalau muntah? Dst. Walhasil baru masuk mobil
sekali hirupan nafas ..”tieng,Tieng” kepala langsung pusing perut mual seakan
langsung ingin muntah.
Pilih Motor atau Kereta
Jika
disuruh milih ketika perjalanan jauh aku lebih suka naik motor atau kereta.
Menurutku naik kereta serasa imajinasiku melayang seakan bernostalgia kembali kezaman 80-90 an. Selain tentu karena bau mesin kereta nyaris tak terendus hidungku.
Kalau
alasan milih motor kalau capek bisa berhenti dan istirahat. Naik motor bisa
fleksible dalam perjalanan, jika pun sampai tujuan capek, cukup tidur satu dua
jam bangun badan kembali segar. Beda cerita jika naik bus atau mobil, tidur
satu dua jam bangun kepala terasa masih ngilu efek bau mesin.
Yah sekilas
begitulah cerita pengalamanku soal mitos kendaraan roda empat. Semoga suatu
saat diriku terbiasa naik mobil. Kan tidak lucu suatu saat punya mobil keren
tapi alergi naik mobil karena takut muntah hehehe.
judulnya roda empat, gambarnya kereta api Lol
BalasHapus