Minggu, 09 Februari 2025

Rindu

 


Saat kau bilang bu nyai menangisiku karena iba kita berpisah sementara disaat pernikahan baru seumur jagung, aku tak begitu menghiraukannya. Bagiku itu tak lebih dari ekspersi empati ibu kepada anaknya dan karena bu nyai perempuan, menangis merupakan ekspresi yang wajar belaka.

            Namun seiring berjalannya waktu tangisan beliau menemukan jalan kesahihannya. Sehari bagai setahun, seminggu bagai sewindu dan sebulan bagai seabad. Kenyataan bahwa aku sudah menikah dan punya istri membuat perasaannya tak lagi sama seperti aku sebelum menikah. Mungkin sama-sama sepi tapi kali ini ekspektasi menanti sosok kekasih itu benar-benar nyata terang benderang, bukan sekedar angan yang tak pasti siapa orangnya.

            Rapalan doa setiap salat 5 waktu tak cukup jadi obat, karena harapan baik memang tak pernah  sama dengan rindu. Satu-satunya yang menguatkanku adalah kenyataan bahwa ini hanya sementara dan cepat atau lambat kita pasti bertemu kembali.

            Perkenalan kita yang singkat sebagai pribadi membuat adaptasi setelah menikah menjadi berlipat. Kita beradaptasi saling mengenal sebagai pribadi sekaligus adaptasi menempatkan diri kita sebagai suami dan istri. Saling mengenal pola perilaku disaat salah satu dari kita marah apa yang harus dilakukan, disaat sedih apa formula yang tepat untuk  saling  jadi obat.

            Kita yang awalnya hidup dengan kesibukan masing-masing, akhirnya saling tenggang rasa untuk mendukung satu sama lain singkatnya menyesuaikan ini itu. Disaat adaptasi itu baru seumur jagung karenanya belum benar-benar settel, kita harus berpisah sementara. Kau menunaikan tanggungan mulia riyadhoh, dari awal aku sudah berjanji setidaknya pada diriku sendiri untuk selalu mendukung langkah positif yang ingin kau gapai, bukan hanya untuk riydhoh ini saja melainkan untuk hal-hal positif lainnya.

Fase ini kembali mengingatkanku betapa hidup hendaknya harus disyukuri sejengkal-demi sejengkal, betapa pribadi yang penuh daif ini beruntung memiliki perempuan sepertimu. Alhamdulillah ‘alaa kulli haal

        Tulisan ini dibuat agar suatu saat kita baca kembali dan merasakan nostalgia bahwa kita pernah mengalami fase “berpisah sementara” untuk kembali beradaptasi membangun rumah tangga yang menyenangkan, penuh rasa syukur dan diridhoi Allah. Aamiin.      

  

 

 

 

 

 

 

 

 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar